Kaum Ad (bahasa Arab: عاد, ʿĀd) adalah salah satu kaum yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Mereka termasuk dalam suku kuno yang pernah mendiami wilayah Yaman. Kaum ad adalah manusia raksasa yang memiliki tubuh yang kuat dan besar serta hidup dengan kaya. Mereka menyembah berhala sehingga Allah mengutus seorang nabi bernama Hud untuk mengajak mereka kembali beriman. Pengingkaran Kaum ‘Ad terhadap kenabian Hud mengakibatkan pemusnahan Kaum ‘Ad melalui bencana berupa kekeringan dan topan.
Genealogi – nama Kaum Ad
Nama kaum `Ad di ambil dari nama salah seorang leluhur mereka yang bernama `Ad. Silsilahnya menurut para ulama adalah ‘Ad bin Us/Aush bin Aram/Iram bin Sem/Sam bin Nuh. Dalam sejarah, terdapat dua kaum ‘Ad yaitu kaum ‘Ad awal atau pertama dan kaum ‘Ad akhir atau kedua. Kaum ‘Ad awal adalah pengganti umat Nabi Nuh dan merupakan kaum pertama yang menyembah berhala setelah banjir besar. Mereka menyembah berhala bernama Shamad, Shamud, dan Huran. Kaum ‘Ad kedua ada setelah kaum ‘Ad awal hancur. Nabi Hud di utus pada kaum ‘Ad awal. Kaum ‘Ad kedua berasal dari Qahthan dan Saba’ di wilayah Yaman. Beberapa pendapat sejarawan mengatakan bahwa kaum ‘Ad kedua adalah kaum Tsamūd.
“Dan sesungguhnya Dialah yang telah membinasakan kaum ‘Ad awal.”
— An-Najm (53): 50
Dalam riwayat tentang utusan kaum ‘Ad yang pergi ke Makkah, terdapat beberapa pendapat. Muhammad bin Ishaq berpendapat bahwa mereka adalah kaum ‘Ad yang sama dengan kaum yang di dakwahi Nabi Hud. Di katakan bahwa Hud dan pengikutnya telah berpindah ke tempat lain sehingga tidak terkena azab. Muhammad bin Ishaq melanjutkan bahwa kaum ‘Ad yang ada di Makkah selamat dan keturunan mereka yang kemudian di kenal sebagai kaum ‘Ad akhir.
Ibnu Katsir berpendapat bahwa riwayat tersebut membicarakan mengenai kaum ‘Ad kedua. Hal ini di sebabkan bahwa dalam riwayat tersebut di sebutkan mengenai Makkah, padahal Makkah baru di bangun pada masa Ibrahim. Gaya bahasa dari syair yang di lantunkan Mu’awiyah bin Bakr juga bukan ciri khas kaum ‘Ad awal. Juga di sebutkan pula bahwa awan itu membawa api yang buruk, padahal kaum ‘Ad awal di binasakan dengan angin dingin yang sangat kencang. Ibnu Katsir juga berpendapat bahwa kaum ‘Ad yang di sebutkan dalam surah Al-Ahqaf adalah kaum ‘Ad kedua, sedangkan kaum ‘Ad yang di kisahkan dalam surah lain adalah kaum ‘Ad awal.
Di sebutkan dalam kisah suku Badui bahwa raja dari kaum ‘Ad memiliki istana tempat kediaman para wanita dan kuda-kudanya, kemudian mereka semua di hancurkan dengan api dari langit atas perbuatan dosa mereka. Di percaya bahwa reruntuhan mereka berada di suatu tempat di Rub’ al Khali, sebuah gurun pasir luas yang berada di semenanjung Arab bagian selatan.
Keterangan tentang Kaum Ad dalam Al-Qur’an
Kisah kaum ‘Ad di sebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf (07): 65-72, Hud (11): 50-60, Asy-Syu’ara’ (26): 123-140, Fushshilat (41): 15-16, Al-Ahqaf (46): 21-25, Adz-Dzariyat (51): 41-42, An-Najm (53): 50-55, Al-Qamar (54): 18-22, Al-Haqqah (69): 6-8, dan Al-Fajr (89): 6-14. Dalam Al-Mu’minun (23): 31-41 di kisahkan mengenai suatu kaum setelah Nuh yang juga mengingkari seruan rasul. Meski tidak di jelaskan mengenai nama kaum dan rasul yang bersangkutan, ayat tersebut di tafsirkan membicarakan Hud dan kaum ‘Ad.
Tempat tinggal Kaum Ad
Pemukiman kaum ‘Ad terletak antara Amman dan Hadramaut di Yaman. Tempat tinggal mereka merupakan kawasan tanjung dengan perbukitan yang berpasir. Nama tempatnya ialah Asy-Syihr. Permukiman ini berada pada bagian lembah bernama Mughits.
Di sebutkan pula bahwa kaum ‘Ad memiliki seorang raja bernama Syaddad (bahasa Arab: شدّاد, translit. Syaddād). Dia menguasai lebih dari 1.000 suku ‘Ad, melakukan berbagai penaklukan seperti menundukkan Arab dan Iraq dengan kejam, mengusir bangsa Kan’an dari kediaman mereka di Syria, dan penyerangan tanah Mesir. Sebagian sumber menyatakan Syaddad adalah putra ‘Ad al-Miltat bin Saksak bin Wa’il bin Himyar.
Tersebutkan bahwa kaum ‘Ad adalah “penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi.”Terdapat perbedaan pendapat mengenai status Iram. Sebagian menafsirkan bahwa itu adalah nama tempat yang berada dalam wilayah kaum ‘Ad. Mereka yang mengidentifikasinya sebagai kota telah memberikan berbagai pendapat mengenai letak dan rupa kota itu, mulai dari Aleksandria atau Damaskus, hingga kota yang benar-benar bisa berpindah, atau sama dengan kota yang di sebut Ubar. Sebagai kawasan, beberapa juga mengidentifikasikan Iram dengan Aram, wilayah yang di sebutkan Alkitab yang berada di kawasan Syria. Pendapat lain menyatakan bahwa Iram merujuk pada nama suku, yakni kaum ‘Ad.
Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa kaum ‘Ad tinggal di Al-Ahqaf atau bukit-bukit pasir. Dalam Tafsir al-Jalalain di sebutkan bahwa lembah Al-Ahqaf sekarang berada di daerah Yaman.
Keadaan mengenai negeri kaum ‘Ad yang di jelaskan dalam Al-Qur’an antara lain:
- Terdapat bangunan-bangunan yang tinggi
- Membangun istana-istana yang megah dan benteng-benteng
- Sebuah negeri yang subur, karena memiliki mata air, kebun-kebun, dan banyak hewan ternak
Kondisi sosial Kaum Ad
Sedangkan keterangan mengenai masyarakat kaum ‘Ad sendiri antara lain:
- Penguasa di bumi pengganti kaum Nuh
- Memiliki tradisi penyembahan berhala yang telah di wariskan dari generasi ke generasi
- Berperawakan dan bertubuh kuat
- Suka menyiksa dengan bengis
- Di sebut menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang dan durhaka
Kehancuran kaum Ad
Rub’ al Khali, gurun pasir di kawasan Arab selatan. Di percaya reruntuhan kaum ‘Add berada di kawasan ini.
Beberapa ayat Al-Qur’an menjelaskan mengenai azab yang membawa kehancuran mereka.
- Musnah karena suara yang mengguntur, menjadikan mereka seperti sampah banjir.
- Angin yang menghancurkan setelah sebelumnya di dahului penampakan awan yang dikira membawa hujan.
- Tersapu angin membinasakan yang menjadikan benda-benda yang di lewatinya seperti serbuk.
- Terlibas angin dingin yang sangat kencang selama tujuh malam delapan hari. Mereka mati bergelimpangan dan di ibaratkan sebagai tunggul pohon kurma yang telah lapuk.
Di sebutkan bahwa kaum Ad mengalami kekeringan selama tiga tahun. Kemudian mereka mengutus tujuh puluh orang laki-laki untuk meminta hujan di Makkah. Di sana mereka singgah di kediaman seorang bernama Mu’awiyah bin Bakr. Dia merupakan keturunan kaum ‘Amaliq dari jalur ayah, sedangkan ibunya berasal dari kaum Ad bernama Jalhadzah binti Al-Khaibari. Para utusan kaum Ad singgah sebulan lamanya sehingga Mu’awiyah merasa tidak enak pada kaumnya, tapi juga sungkan untuk mengusir mereka, sehingga dia menyindir para tamunya lewat syair.
Setelah tersadar, utusan kaum Ad tersebut pergi ke Makkah dan berdoa, di pimpin seorang bernama Qail bin ‘Anaz, meminta hujan kepada Allah. Lalu datanglah tiga macam awan: putih, merah, dan hitam, dan suara dari langit meminta mereka untuk memilih salah satu awan tersebut. Qail memilih awan hitam. Kemudian suara tersebut menyatakan bahwa awan yang di pilih itu adalah hujan batu yang tidak akan membiarkan salah seorang dari kaum Ad hidup.
Di negeri kaum Ad, munculah awan hitam tersebut dan para penduduk keluar ke sebuah lembah bernama Al-Mughits. Mereka merasa senang lantaran mengira itu adalah awan yang mengandung hujan. Namun salah seorang wanita dari kaum Ad bernama Mahd mengetahui bahwa awan tersebut berisi angin yang membinasakan dan dia pingsan. Setelah sadar, dia menjelaskan bahwa telah melihat angin yang membawa kobaran api dan di depannya tampak sekumpulan laki-laki yang menarik tali kekang. Setelahnya, angin tersebut membinasakan kaum Ad.
Keterangan Keberadaan Manusia raksasa dalam Al Quran
Keberadaan kaum ‘Ad hanya di nyatakan oleh kitab Al-Qur’an dalam Surah Al-Fajr. Di dalam Al-Qur’an, penyebutan kaum Ad selalu mendahului kaum Tsamūd sehingga sejarawan meyakini bahwa kaum Ad merupakan kaum kuno. Sementara itu, di dalam kitab Taurat tidak ada ayat yang menjelaskan mengenai keberadaan kaum Ad. Taurat juga tidak menyebutkan tokoh bernama Saleh dan Hud serta kaum bernama kaum Tsamūd. Keterangan mengenai kaum ‘Ad di dalam Taurat di peroleh melalui analisa para sejarawan. Hubungan genealogi antara kaum Ad di dalam Al-Qur’an saling berkaitan dengan nama-nama para tokoh di dalam Taurat. Selain itu, kisah mengenai kaum Ad juga di temukan dalam tradisi lisan bangsa Arab. Tidak adanya keterangan mengenai kaum Ad di dalam Taurat di sebabkan oleh perhatian konteksnya yang lebih mengkhususkan kepada bangsa Ibrani.
Legenda dan Kisah nyata Manusia raksasa
Dalam kisah dan legenda hampir semua orang di Bumi ada referensi untuk orang-orang dengan tubuh besar – raksasa. Banyak fakta menunjukkan bahwa orang orang ini pernah hidup di Bumi, yang pertumbuhannya jauh lebih tinggi daripada manusa modern. Ini, khususnya, temuan arkeologis: bukti tertulis dari zaman kuno, struktur yang bertahan hingga hari ini, mencolok dalam ukurannya, yang tidak sesuai dengan kemampuan fisik manusia modern.
Di berbagai belahan dunia Anda dapat menemukan bangunan cyclopean yang aneh. Salah satu bangunan yang paling menakjubkan adalah Teras Baalbek di Lebanon.
Kebesarannya di tekankan oleh ukuran batu dari mana ia di bangun.
Di Baalbek terletak batu olahan terbesar di dunia. Nama kunonya adalah Gayyar el-Kibli, yang berarti “Batu dari Selatan”. Volume batu adalah 433 m3, beratnya 1300 atau bahkan 2000 ton. Menurut perhitungan insinyur O. Kolomiychuk, untuk memindahkan balok batu ini dari tempatnya, di perlukan upaya satu kali dari 60 ribu orang!
Di sudut barat laut teras, tiga lempengan besar yang luar biasa masih bisa di lihat hari ini. Ini adalah blok trilithon (tiga batu) yang terkenal. Volume masing-masing lebih dari 300 meter kubik, dan beratnya sekitar 800 ton.
Siapa, kecuali raksasa, yang dapat mengangkut dan memproses batu raksasa seperti itu?
Di Mesir, di kuil Firaun Khafre, ada balok seberat 500 ton. Di Yunani, tembok benteng Tirinth telah di lestarikan, yang ketebalannya mencapai 20 meter, dan berat batu dalam pasangan bata adalah 125 ton.
Sebuah tim raksasa mungkin telah berpartisipasi dalam pembangunan piramida Mesir dan Meksiko, Stonehenge dan di pasang di pantai Pulau Paskah sekitar 500 patung batu besar – patung setinggi 8 meter dan berat hingga 50 ton, yang di ukir dari gunung berapi batu, di angkut melalui jarak beberapa puluh kilometer dan di dirikan di sepanjang pantai pulau.
Di Amerika Tengah, di hutan Kosta Rika, bola batu raksasa yang di sebut Las Bolas Grandes tersebar – ada yang beratnya 16 ton dan diameternya mencapai 2,5 meter.
Cerita Para manusia Raksasa
Dalam berbagai sumber ada banyak informasi dokumenter tentang manusia raksasa. Mari kita lihat beberapa di antaranya:
Cerita dari Afrika Selatan tentang manusia Raksasa

Di Afrika Selatan, di Sungai Okovango, penduduk asli berbicara tentang raksasa yang hidup di masa lalu di tempat-tempat ini. Salah satu legenda mereka mengatakan bahwa “raksasa di berkahi dengan kekuatan yang luar biasa. Dengan satu tangan mereka memblokir aliran sungai. Suara mereka begitu nyaring sehingga bisa terdengar dari satu desa ke desa lainnya. Ketika salah satu raksasa terbatuk, burung-burung itu seolah tertiup angin.
Saat berburu, mereka berjalan ratusan kilometer sehari, dan gajah serta kuda nil yang terbunuh dengan mudah di lempar ke bahu mereka dan dibawa pulang. Senjata mereka adalah busur yang terbuat dari batang pohon palem.
Legenda suku Inca tentang keberadaan manusia Raksasa atau kaum Ad

Dan legenda Inca mengatakan bahwa pada masa pemerintahan Inca XII Ayatarko Kuso, dari sisi laut dengan rakit buluh besar, orang-orang dengan pertumbuhan yang sangat besar tiba di negara itu bahkan orang India tertinggi hanya mencapai lutut. Rambut mereka jatuh ke bahu dan wajah mereka tidak berjanggut.
Beberapa dari mereka mengenakan kulit binatang, yang lain benar-benar telanjang. Bergerak di sepanjang pantai, mereka menghancurkan negara – lagi pula, masing-masing dari mereka makan lebih banyak daripada yang bisa di makan 50 orang!
Pada salah satu tablet bata Babilonia kuno di katakan bahwa para pendeta dari negara Babilonia menerima semua pengetahuan astronomi dari raksasa setinggi lebih dari 4 meter yang tinggal di Asia Selatan.
Kisah Ibnu Fadlan tentang Cerita kaum Ad atau kaum Raksasa
Ibn Fadlan, seorang musafir Arab yang hidup seribu tahun yang lalu, melihat kerangka seorang pria setinggi enam meter, yang di tunjukkan kepadanya oleh rakyat raja Khazar. Kerangka dengan ukuran yang sama, berada di Swiss di museum kota Lucerne, di lihat oleh penulis klasik Rusia Turgenev dan Korolenko. Mereka di beritahu bahwa tulang-tulang besar ini di temukan pada tahun 1577 di sebuah gua gunung oleh dokter Felix Platner.
Cerita manusia Raksasa dari kuil Aztec

Manusia raksasa dengan tinggi empat atau enam meter yang bukan yang paling besar. Saat menaklukkan Amerika, orang Spanyol di duga menemukan di salah satu kuil Aztec kerangka setinggi 20 meter. Ini adalah skala raksasa. Orang-orang Spanyol mengirimnya sebagai hadiah kepada Paus. Dan Whitney tertentu, yang menjabat pada awal abad ke-19 sebagai kepala arkeolog untuk pemerintah AS, memeriksa tengkorak dengan diameter dua meter. Dia di temukan di salah satu tambang di Ohio.
Bukti nyata keberadaan raksasa adalah jejak kaki mereka yang besar. Yang paling terkenal di antaranya terletak di Afrika Selatan. Di temukan oleh petani lokal Stoffel Kötzi pada awal abad terakhir. Sebuah “jejak kaki kiri” tercetak di dinding yang hampir vertikal hingga kedalaman sekitar 12 sentimeter. Panjangnya 1 meter 28 sentimeter. Di yakini bahwa pemilik kaki besar itu adalah seorang manusia raksasa yang datang ketika dia sakit. Kemudian membeku, berubah menjadi granit dan berdiri tegak karena proses geologis.
Satu hal yang mengejutkan: mengapa tulang manusia raksasa tidak di pamerkan di museum mana pun di dunia? Satu-satunya jawaban yang di berikan beberapa ilmuwan adalah bahwa mereka dengan sengaja menyembunyikan penemuan-penemuan unik, jika tidak, teori evolusi Darwin akan benar-benar runtuh dan perlu mengubah pandangan tentang seluruh sejarah umat manusia dan kemunculannya di bumi.
Manusia Raksasa dan kaum Ad menurut Islam
Banyak nabi Allah SWT adalah seorang manusia raksasa. Di ketahui bahwa Nabi Nuh di bantu untuk membangun bahtera oleh seorang manusia raksasa bernama Uja.
Adites adalah keturunan Nabi Nuh. Mereka adalah orang-orang tertinggi dan terkuat di bumi . Tetapi mereka, melupakan Sang Pencipta, mulai menyembah berhala, dan kejahatan dan dosa muncul di antara mereka, melintasi semua batas. Berikut adalah bagaimana sejarah suku Add di sampaikan dalam buku Syekh Said-Afandi yang di rahmati Allah “The History of the Prophets”: “Yang terendah dari mereka adalah enam puluh hasta, dan mereka mencapai usia kedewasaan setelah berumur seratus tahun.
Mereka di pimpin oleh seorang tiran bernama Jalijan, setinggi seratus hasta. Dia sangat kejam dan menindas orang sehingga mereka putus asa. Di suku mereka, seseorang hanya mati sekali dalam seratus tahun – raksasa ini hidup begitu lama.
Untuk mengajar suku Neraka dalam iman yang benar, Nabi Hud dikirim kepada mereka, tetapi mereka menolak panggilannya dan malah menentang nabi Hud. Mereka berpikir bahwa mereka bisa terlepas dari hukuman, berharap bahwa keturunan mereka banyak, dan tubuh mereka besar dan kuat, dan mereka yakin tidak ada yang bisa mengalahkan mereka. Tidak peduli seberapa banyak Nabi Hud mengajari mereka, mereka menolaknya dan melemparinya dengan batu. Setelah tujuh puluh tahun berlalu, kemudian Hud meminta Allah untuk membuat wanita mereka mandul dan mengurangi jumlah mereka. Tidak ada satu anak pun yang lahir tahun itu. Demikianlah mereka melihat dengan mata kepala sendiri bahwa doa nabi Hud telah di terima Allah SWT. Ketika mukjizat ini tidak berhasil meyakinkan para raksasa ini, maka Yang Maha kuasa mengirim mereka bencana kekeringan, dan selama tujuh tahun tidak ada hujan. Setengah dari suku meninggal karena kelaparan.
Pada saat itu, setiap orang, baik yang beriman maupun yang tidak beriman, yang tertimpa musibah dan musibah, memiliki tradisi: pergi ke Mekah dan memohon kepada Allah agar di bebaskan di sana.
Mereka melihat tiga awan di langit – merah, putih dan hitam. Sebuah suara dari atas menyarankan mereka untuk memilih salah satu dari ketiganya, dan mereka, berpikir bahwa awan hitam berarti hujan, memilihnya, karena mereka akan meminta hujan. Setelah itu, awan hitam terbang ke Yaman.
Suku kaum raksasa ini sangat senang melihat awan ini, tetapi angin di turunkan kepada orang-orang fasik, yang menginginkan hujan, dengan kuasa Allah. Badai mengamuk terus menerus selama tujuh malam delapan hari, menumbangkan pohon, menghancurkan tempat tinggal, dan tidak ada seorang pun yang bisa berdiri di atas kaki mereka. Setelah Allah membuat hidup mereka hancur meski tidak sampai membunuh mereka, Allah menghukum para manusia raksasa dengan hujan batu. Mereka menemukan diri mereka antara hidup dan mati, siksaan mereka tak tertahankan lagi. Umat beriman setiap hari mendengar erangan mereka dari bawah tumpukan batu.
Angin yang menjadi bencana bagi penghuni Neraka, tidak membahayakan orang-orang yang beriman kepada Hud. Sementara para penyembah berhala menanggung begitu banyak siksaan dan penderitaan, orang-orang setia di antara mereka selamat.
Seluruh kaum raksasa ini tidak ada yang di biarkan hidup, kecuali orang-orang yang pergi ke Mekah.
Patut di catat bahwa pada musim panas 2006, kerangka manusia di temukan di Arab Saudi dengan panjang lebih dari 10 m. Menurut para arkeolog dan cendekiawan Islam, sisa-sisa itu mungkin milik umat nabi Hud yang di sebutkan dalam Al-Qur’an.
Pendapat Ilmuwan tentang perubahan kaum Ad menjadi manusia modern
Dr. Karl Bohm percaya bahwa di masa lalu, kondisi alam mendukung peningkatan pertumbuhan seseorang, dan kemudian mereka berubah secara dramatis, dan manusia menjadi lebih pendek.
“Perkembangan genetik yang optimal,” kata Bohm, “adalah ketika segala sesuatu dalam DNA organisme berkembang sepenuhnya melalui kondisi atmosfer yang menguntungkan.” Menurutnya, sebelum Air Bah, lapisan ozon jauh lebih tebal, dan setelah itu hanya tersisa sepertujuh. Penurunan lapisan ozon menyebabkan melemahnya perlindungan dari radiasi matahari, yang mempengaruhi tanaman, hewan, dan, secara alami, manusia.